Rabu, 15 Juli 2009

Jangan Berduka


Kali ini saya akan memaparkan trik n tips bagi hati-hati yang sedang lara dan bersedih. Hati adalah gejolak jiwa yang sering berubah-ubah. Hal itu disebabkan datangnya kondisi pengalaman-pengalaman jiwa yang dapat mempengaruhi kondisi fikiran dan selanjutnya diteruskan dengan kondisi hati yang biasa kita persepsikan yaitu perasaan. Kondisi hati yang baik tentunya akan menimbulkan sifat diri yang sedang berbahagia, senang tapi berbeda dengan hati yang sedang gundah menyebabkan sifat diri yang tidak tenang, bersedih dan seterusnya. Harapan setiap insan tentunya mengharapkan kondisi hati yang tenang, bahagia, dan hilangnya kegundahan dalam hidupnya.
Pastinya….yang baca artikel ini tentunya juga mau khan. Hayo ngaku :x :x
Maka dari itu untuk mengetahui dasar-dasar ilmu yang bisa membuat diri kita bisa selalu berbahagia dengan segala kondisi. Coba kita simak paparan satu ini…:z:z:z:z


Insan yang berakal menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Rahimahullah dalam bukunya, al-Wasaailu al-Mufaidah lil Hayatatis Sa’idah mengetahui bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan yang ia jalani dengan bahagia dan tenang. Kehidupan ini pendek sekali, lanjut Syaikh AAS-Sa’di, maka tak sepantasnya memperpendek dengan kesedihan dan larut dalam kesusahan.

Jika seorang hamba ditimpa musibah atau takut akan sebuah musibah hendaklah membandingkan antara nikmat-nikmat yang ia dapatkan, baik dalam urusan agama atau dunia dengan musibah yang menimpanya. Dengan membandingkan akan jelas baginya betapa banyak nikmat yang dia dapatkan dan tertutupilah musibah yang menimpanya.
Selanjutnya Syaikh as-Sa’di menyarankan, hendakhnya juga membandingkan antara kemungkinan bahaya yang akan menimpanya dengan banyaknya kemungkinan akan dapat selamat darinya. Jangan sampai kemungkinan yang lemah dapat mengalahkan kemungkinan-kemungkinan kuat dan banyak. Dengan demikian, akan hilanglah kesedihan dan perasaan takutnya.

Juga memperkirakan hal paling besar yang dapat menimpanya, kemudian menyiapkan mental untuk menghadapi bila memang terjadi, berusaha mencegah apa-apa yang masih belum terjadi dan menghilangkan atau paling tidak meminimalisir musibah yang sudah terjadi.

Bila Tak Kesampaian

Bila seseorang dihadapkan dengan ketakutan, sakit, kekurangan atau tidak tercapai keinginannya, hendaklah dihadapi dengan tenang dan kesiapan mental, bahkan dia harus siap menghadapikeadaan yang lebih berat sekalipun, sebab, kesiapan mental dalam menghadapi musibah akan mengecilkan musibah tersebut dan menghilangkan bobotnya. Terutama bila dia berusaha melawan sesuai kemampuan, sehingga dapat memadukan antara kesiapan mental dan usaha maksimal yang dapat mengalihkan perhatian dari musibah yang akan dating. Dan yang lebih penting lagi adalah selalu memperbarui kekuatan menghadapi musibah disertai dengan tawakkal dan yakin kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala.

Jika hati bersandar kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala, bertawakal kepada-Nya, tidak menyerahkan pada prasangka-prasangka buruk juga tidak dikuasai khayalan-khayalan negative, yakin serta sungguh-sungguh berharap atas karunia Allah Subhaanahu wa Ta’Ala, maka akan terusirlah perasaan sedih dan hilanglah berbagai macam penyakit fisik dan jiwa.

Akan dicukupkan

Hati bisa mendapatkan kekuatan, kelapangan dan kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan. Banyak rumah sakit yang penuh dengan pasien yag sakit karena prasangka-prasangka buruk dan khayalan-khayalan menyesatkan. Banyak orang yang kuat hatinya tapi masih terpengaruh dengan hal tersebut, apalagi orang yang memang kemah hatinya. Dan betapa sering hal tersebut menyebabkan kedunguan dan kegilaan, kata Syaikh as-Sa’di. Orang yang sehat dan selamat adalah yang diselamatkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’Ala dan diberi-Nya taufik untuk berusaha mendapatkan faktor-faktor yang biasa menguatkan hatinya dan mengusir kegelisahannya.

Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya”. (Ath-Thalaq: 3).
Artinya Allah Subhaanahu wa Ta’Ala akan mencukupkan untuknya semua apa yang dia butuhkan dari urusan agama dan dunianya.

Maka orang yang bertawakal kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala, hatinya kuat. Tidak dapat dipengaruhi prasangka-prasangka buruk, tidak dapat digoncang oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi, sebab dia tahu hal itu termasuk indikasi lemahnya jiwa dan perasaan takut yang tidak beralasan. Dia tahu, Allah Subhaanahu wa Ta’Ala akan menjamin sepenuhnya orang yang bertawakal kepada-Nya, dia yakin kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala dan tenang karena percaya akan janji-Nya. Dengan demikian, hilanglah duka dan gelisah. Kesulitan berubah menjadi kemudahan, kesedihan menjadi kegembiraan dan perasaan takut menjadi keimanan.

Sumber :Majalah Nabila (2004)


0 komentar:

Posting Komentar

Template by - Abdul Munir - 2008
http://4.bp.blogspot.com/_sYx8LhsF1y0/SAtWYPbyHNI/AAAAAAAAANY/6ygY1rcSgYc/s1600-h/Tilmiz6.png