Selasa, 30 Juni 2009

Proses terjadinya Stress


Proses Terjadinya stress dan hal-hal yang menimbulkan trauma psycis.

Setiap manusia dalam kehidupannya akan mengalami trauma pada jiwanya, tapi dampak / efeknya kepada kekuatan jiwa orang tersebut (kekuatan mental). Orang yang tidak beriman akan memiliki mental yang lemah, ditandai dengan pikiran (ratio) yang sempit dan perasaan yang rendah. Hai ini dikarenakan komponen jiwa yang berfungsi hanyalah ratio dan rasa saja. Jangankan menghadapai bencana alam, bagi orang yang lemah mentalnya menghadapi jalan macet saja akan mudah stress.


Stres diawali dengan adanya konflik batin. Konflik jiwa ini terjadi karena harapan (perasaan) bertentangan dengan kenyataan (ratio). Dalam keadaan tenang ibarat sebuah bola berbentuk bundar, tetapi manakala menghadapi konflik, berarti jiwa tertekan oleh dua komponen yang berlawanan. Perasaan berharap ke atas tapi ratio kenyataan ke bawah.

Perasaan akan segera menikah dnegan sudah pacaran dan dilamar tapi ratio (kenyataan) pacarnya menikah dengan orang lain. Terjadilah trauma psychis yang menjadi konflik jiwa dan berlanjut menjadi stress dikarenakan komponen jiwa yang ketiga tidak berfungsi karena tidak ada Iman. Ini adalah problem jodoh.

Sudah sekolah tinggi menjadi sarjana, perasaan berharap mudah mencari lapangan perkerjaan lalu mencari nafkah / rizki, tapi kenyataan (ratio) melamar pekerjaan kemanapun tidak diterima. Maka terjadilah trauma psychis, konflik batin, konflik jiwa dan berlanjut menjadi stress karena tidak ada Iman. Ini menghadapi problem rizki.

Suami istri yang menikah, mengharapkan segera mempunyai anak, mengharapkan segera mempunyai anak, bahkan suaminya adalah dokter ahli kandungan. Perasaan ingin segera menggendong anak tetapi kenyataan (ratio) hasil pemeriksaan kesehatan keduanya dinyatakan sehat dan tidak ada kelainan tetapi kenyataannya istri tidak kunjung hamil. Ini persoalan hamil.

Menikah dan berumah tnagga, perasaan menghapan h.idup bahagai dan sejahtera, tapi kenyataan (ratio) suaminya kasar, sering mengyakiti istri, selingkuh atau sebaliknya istrinya cerewet, selngkuh, dan lain-lain. Ini persoalan kebahagiaan.

Akibat trauma psychis menimbulkankonflik bathin, maka pada tahap awal akan melahirkan perasaan kecewa. Perasaan kecewa ini Karena tidak ada iman. Bagi orang yang super (super cantik, super kaya, super berkuasa, dll) maka perasaan kecewa akan berubah menjadi marah. Maka ia akan melahirkan diri pada kebejatan moral.
Bagi orang yang minder (rupa jelek, miskin, tidak punya kekuasaan, dll), maka rasa kecewa akan berubah menjadi rasa sedih, rasa tajut,rasa khawatir. Belombang perasaan ini akan menimbulkan emosi. Emosi ini akan menggoncangkan hypothallmus, mengacaukan system syaraf, akhirnya jasmani (raga) jatuh sakit.
Itulah yang disebut penyakit psycoshomatic. (penyakit raga/soma) akibat gangguan jiwa, dengan gejala-gejala pusing, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, jantung berdebar, ujung tangan merasa dingin, pikiran tidak dapat berkonsentrasi.

Bergantung pada kondisi kekuatan jiwa dan raganya apabila raganya yang lemah, maka lahirlah penyakit raga atau jasmaninya, seperti penyakit jantung, maag, paru-paru, kulit, dsb. Tetapi bila jiwanya yang lemah maka akan mewujudkan penyakit jiwa bahkan pecah jiwanya yang disebut schizophrein dan akhir cerita penyakit ini adalag bunuh diri.

Ini semua terjadi karena manusia tersebut hidupnya hanya menggunakan ratio dan rasa saja, sedangkan komponen religi tidak berfungsi karena tidak ada iman. Bahkan unsur kepercayaan ini sudah diracuni atau diisi oleh pikiran (ratio) yang tidak benar dan perasaan yang jelek dikarenakan tidak ada iman yaitu kufur, musyrik, munafik, dan fasik.


1 komentar:

bejo mengatakan...

semoga aku tidak masuk dalam golongan mudah stress

Posting Komentar

Template by - Abdul Munir - 2008
http://4.bp.blogspot.com/_sYx8LhsF1y0/SAtWYPbyHNI/AAAAAAAAANY/6ygY1rcSgYc/s1600-h/Tilmiz6.png